Translate

Tampilkan postingan dengan label bully. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bully. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Agustus 2017

STOP BULLYING...
by : BBC Journalist
Bullying (perundungan)... istilah ini terasa marak terdengar belakangan ini. Bullying sebenarnya merupakan salah satu tindak penindasan terhadap pihak yang dianggap lebih lemah.
Kadang saking asyiknya membully, pelaku tidak sadar telah menyakiti orang lain yang dampaknya sampai memengaruhi kondisi kejiwaan korban. Bahkan ada sejumlah korban yang tidak tahan sehingga memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
Bentuk bullying pun bermacam-macam:
1.     Bully verbal, misalnya memaki, mengejek atau menggosipkan seseorang.
2.     Bully non verbal, misalnya memandang sinis.
3.     Bully fisik, misalnya memukul, menampar, meminta paksa.
4.     Bully relasional, misalnya mengucilkan, mengabaikan atau mendiskriminasi.
5.     Bully di ruang siber (cyber bulliying), biasanya dilakukan melalui postingan bernada kebencian (hate speech). Cyberbullying sering kali bermula dari hanya sekedar candaan yang menjadi terlalu menyerang dan terjadi berulang-ulang. Janganlah pandang sepele, kalau tak mau dianggap sebagai pelaku cyberbullying, atau malah jadi korban cyberbullying. Think twice before you post!
Dampak Bulliying bagi korban
Dampak bulliying yang paling nyata adalah korban merasa tidak berharga. Tak banyak orang tahu kalau verbal bullying atau penindasan yang dilakukan dengan kata-kata, pernyataan atau julukan tertentu ternyata memiliki efek yang lebih dahsyat dibandingkan dengan bullying yang dilakukan dengan kekerasan fisik:
-        "Efeknya tidak ada mimisan, bengep, seperti intimidasi fisik, tapi nikam banget ke dalam jiwa, kena banget. Oleh sebab itu biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari cyber bullying dan verbal bullying," kata Liza Marielly Djaprie, seorang Psikolog klinis.
-        Ada juga sebagian korban yang mengalami keluhan fisik tertentu seperti sakit kepala, migrain atau keluhan fisik lainnya. Tak jarang juga ada yang menyakiti diri sendiri karena mereka sudah merasa tak ada harganya lagi.
-        Seperti dilansir dari situs bullyingstatistic.org, verbal bullying memang dapat memengaruhi citra diri seseorang dan mempengaruhi emosi juga kondisi psikologis. Intimidasi verbal juga dapat menghancurkan rasa percaya diri seseorang bahkan sampai mengarah pada depresi. Dalam kondisi yang ekstrem, korban kekerasan verbal dapat melakukan bunuh diri.
http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2017/07/bagaimana-depresi-memicu-bunuh-diri-by.html

Pada orang tertentu, dampak bullying itu bisa melekat dalam jangka waktu lama. Apalagi jika seseorang di-bully di masa kecilnya, dampaknya bisa terasa sampai dewasa. Mencegah intimidasi di masa kecil berarti menekan kebutuhan pengobatan masalah kejiwaan di masa dewasa muda. Berdasarkan studi yang melibatkan lebih dari 5000 anak-anak di Finlandia (Reuters), disimpulkan anak yang sejak usia 8 tahun menerima intimidasi terus menerus maupun pelaku intimidasi, berisiko mengalami gangguan kejiwaan saat mencapai usia dewasa muda. 
Menurut National Bullying Prevention Centeri (Amerika Serikat), 1 dari 4 siswa melaporkan diintimidasi selama masa sekolah.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan masalah kesehatan mental di kemudian hari akibat intimidasi, baik bagi korban maupun pelaku (Sourander  et.al,  JAMA Psychiatry).
Penelitian dilakukan terhadap 5.034 responden berusia 8 tahun pada tahun 1989, untuk mengetahui apakah mereka mendapat perlakuan diintimidasi atau mengintimidasi orang lain, hasilnya :
-          90% tidak pernah diintimidasi atau mengintimidasi.
-          3% adalah pengintimidasi.
-          5% pernah diintimidasi.
-          2% diintimidasi sekaligus pengintimidasi.
Para peneliti kemudian menganalisis informasi kesehatan dari pusat data kesehatan nasional  tentang anak-anak yang sama ketika mereka berusia antara 16 sampai 29 tahun. Hasilnya, mereka yang pernah diintimidasi atau mengintimidasi lebih berisiko menerima pengobatan gangguan kejiwaan, misalnya skizofrenia, depresi, kecemasan atau penyalahgunaan obat.
Pola asuh orang  tua dalam mencegah bulliying cukup dominan. Anak harus cukup mendapatkan kasih sayang, di sisi lain juga harus dilatih agar mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Berikut beberapa tips parenting, seperti disarikan dari sejumlah sumber:
1.     Terlibat di dalam kehidupan sang anak, dengan cara berbagi waktu bersama anak agar Anda mengerti masalah-masalah anak, apa yang anak inginkan dan lain-lain.
2.      Sesuaikan pola asuh dengan usia anak.
3.     Tetapkan aturan sejak anak kecil, agar anak mampu mengatur dirinya sendiri saat beranjak dewasa dan ketika Anda tidak sedang berada bersama mereka.
4.     Mendidik anak agar mandiri dan mampu mengontrol diri sendiri.
5.     Konsisten, buatlah aturan dan disiplin yang jelas.
6.     Hindari disiplin yang terlalu keras.
7.     Perlakukanlah anak dengan cara menghormati mereka.
8.     Menjaga anak tetap sehat, agar pertumbuhan fisik dan kecerdasannya optimal,salah satunya dengan menyiapkan bekal sekolah dan menyediakan air Bioglass di rumah dan untuk dibawa ke sekolah.
 

http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/bioglass-2-sudah-diteliti-di-jepang.html
Info selengkapnya tentang produk untuk membantu orang menjaga stamina dan kesehatan:
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop
0813 2181 0330
Widi/Yeremia
0896 5279 5233