Translate

Sabtu, 22 April 2017

Kanker Darah... Dapatkah Dicegah?
by : BBC Journalist
 
Kanker darah atau leukemia adalah kanker yang menyerang sel darah putih (leukosit). Sel darah putih merupakan komponen darah yang berfungsi melindungi tubuh dari benda asing atau penyakit. Sel darah putih ini diproduksi oleh sumsum tulang belakang.
Pada kondisi normal, sel-sel darah putih diproduksi secara teratur setiap kali tubuh membutuhkannya untuk melawan infeksi.
Sementara pada penderita kanker darah, sumsum tulang memproduksi sel darah putih abnormal, sehingga:
-         Sistem kekebalan tubuh terganggu.
-         Mengganggu produksi sel-sel darah lainnya, sehingga sel darah merah dan trombosit menurun, bahkan sampai kritis di bawah normal.
Sel abnormal juga selanjutnya menyebar ke organ lain, sehingga fungsi organ terganggu.

Berdasarkan kecepatan perkembangannya, kanker darah dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Kanker darah akut berkembang dengan cepat akibat penambahan jumlah sel darah putih abnormal. Dikatakan abnormal karena sel yang dihasilkan ‘belum matang’, sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Produksi sel abnormal ini sangat cepat dan langsung masuk ke aliran darah. Jika dibiarkan, tubuh akan kekurangan oksigen, akibatnya kekebalan tubuh terhadap penyakit atau infeksi menurun. Leukemia akut membutuhkan pengobatan yang agresif dan tepat waktu.
2.      Kanker darah kronis berkembang secara perlahan-lahan dan dalam jangka panjang. Sel-sel darah putih yang seharusnya sudah mati akan tetap hidup dan menumpuk dalam aliran darah, sumsum tulang serta organ-organ tubuh.  Sel-sel ini lebih matang sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk beberapa saat. Oleh karena itu gejalanya cenderung tidak segera dirasakan dan baru terdiagnosis setelah bertahun-tahun.

Berdasarkan sel darah putih yang diserang, kanker darah dikelompokkan menjadi:
1.      Kanker darah lifositik, yang mempengaruhi sel-sel lifoid (limfosit/kelenjar getah bening), yang membentuk limfoid atau jaringan limfatik. Jaringan limfatik adalah jaringan yang membentuk sistem kekebalan tubuh.
2.      Kanker darah mielogen, yaitu jenis leukemia yang mempengaruhi sel myeloid. Sel  myeloid adalah penghasil sel darah merah, sel darah putih dan sel platelet (trombosit).  

Ada 4 jenis kanker darah yang utama:
1.      Leukemia limfotik akut atau Acute Lymphocytic Leukemia (ALL), menyerang sel limfosit sehingga penderita berpotensi mengalami infeksi serius. Kanker darah ini umumnya diidap oleh anak-anak, tapi bisa juga menyerang dewasa.
2.      Leukemia limfotik kronis atau Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL), umumnya baru terdeteksi pada stadium lanjut karena pasien cenderung tidak merasakan gejalanya. Jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa.  
3.      Leukemia mielogen akut atau Acute Myelogenous Leukemia (AML), kanker tipe ini akan membentuk sel-sel mieloid yang tidak sempurna dan dapat menyumbat pembuluh darah. Umumnya menyerang orang dewasa, meski bisa juga menyerang anak-anak dan remaja.
4.      Leukemia mielogen kronis atau Chronic Myelogenous Leukemia (CML), CML memiliki dua tahap. Pada tahap pertama, sel-sel abnormal akan berkembang secara perlahan. Ketika memasuki tahap kedua, jumlah sel-sel abnormal akan bertambah dengan pesat sehingga jumlah sel sehat akan menurun secara drastis. Penderitanya kebanyakan berusia di atas 20 tahun.
Selain 4 jenis leukemia di atas, masih ada jenis leukemia lainnya, seperti leukemia sel berbulu, sindrom myelodysplastic dan gangguan myeloproliferative.

Gejala Kanker Darah
Gejala kanker darah sangat beragam. Tiap penderita biasanya mengalami keluhan yang berbeda-beda, tergantung kepada jenis kanker darah dan organ tubuh yang terkena dampaknya. Sebagian gejala sulit dikenali karena mirip dengan gejala penyakit lain. Kita perlu waspada bila gejala-gejala ‘umum’ tersebut tidak kunjung membaik atau mereda, seperti:
·         Lemas atau rasa lelah yang berkepanjangan.
·         Demam, menggigil dan sakit kepala.
·         Muntah-muntah.
·         Keringat berlebih, terutama pada malam hari.
·         Nyeri pada tulang atau sendi.
·         Penurunan berat badan terus menerus.
·         Pembengkakan kelenjar limfa, hati atau limpa.
·         Mudah mengalami pendarahan (misalnya mimisan) atau memar.
·         Muncul  bintik-bintik merah pada kulit. 
Penyebab & Faktor Risiko Kanker Darah
Penyebab kanker darah belum diketahui secara pasti, namun mutasi DNA disinyalir menyebabkan kekacauan pada perintah otak untuk proses produksi sel darah putih.  Selain itu, faktor genetik (keturunan) dan lingkungan juga diperkirakan turut berperan memicu leukemia.

Faktor-faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko kanker darah meliputi:
1.      Pernah menjalani pengobatan kanker, baik kemoterapi atau radioterapi.
2.      Pernah terpapar radiasi tingkat tinggi atau zat kimia tertentu.
3.      Kelainan genetik atau cacat bawaan yang menyertai sindrom Down.
4.      Riwayat keluarga, di mana jika ada anggota keluarga yang terdiagnosis menderita leukemia, maka anggota keluarga lainnya memiliki risiko yang lebih tinggi.
5.      Jenis kelamin, pria lebih berisiko terkena CML, CLL dan AML dibandingkan dengan wanita.
6.      Usia, risiko leukemia meningkat seiring bertambahnya usia, kecuali ALL.
7.      Merokok, meningkatkan risiko lukemia mielogen akut (AML).
8.      Rendahnya sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang mengonsum obat-obatan penekan sistem imun ketika menjalani transplantasi organ. 
Diagnosis Kanker Darah
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang dirasakan.
Selanjutnya dokter akan mencari beberapa tanda leukemia seperti kulit pucat akibat anemia, pembengkakan limfonodi, serta hati dan limpa yang membesar.
Jika dokter menduga Anda mengidap kanker darah, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lebih mendetail yang meliputi:
1.      Tes darah, untuk mencari kelainan dari jumlah sel darah putih atau platelet.
2.      Biopsi sumsum tulang, untuk mencari jenis kanker darah yang diderita, sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan yang tepat.
Pengobatan Kanker Darah
Setelah diagnosis kanker darah positif, dokter akan mendiskusikan langkah pengobatan yang tepat. Jenis penanganan tergantung kepada usia, kondisi kesehatan dan jenis atau stadium kanker darah:
-         Kemoterapi, merupakan pilihan terapi paling umum untuk kasus leukimia. Pengobatan kemoterapi menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh sel-sel kanker darah.
-         Radioterapi, yaitu teknik pengobatan menggunakan sinar X untuk menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan hanya pada area tertentu yang terserang kanker ataupun pada seluruh tubuh. Radioterapi juga dapat dilakukan untuk persiapan melakukan transplantasi sel induk.
-         Transplantasi sel induk atau stem cell, untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat.
-         Terapi terfokus, untuk menyerang bagian-bagian rentan dalam sel kanker.
-         Terapi biologis, untuk membantu sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan menyerang sel-sel kanker.
-         Pengamatan seksama, yang ditujukan bagi penderita leukemia limfatik kronis, untuk melihat perkembangan penyakit. Terapi ini juga dapat dilakukan jika seseorang sudah terbukti mengidap leukemia limfatik kronis, namun tidak mengalami gejala yang menunjukkan penyakit tersebut.
 

Rutin minum air sulingan Bioglass, membantu proses metabolisme dan detoksifikasi.
Mengenakan pendant MGI membantu melancarkan aliran darah, sehingga efek samping akibat leukemia dapat terbantu.
Rutin minum Glucola/Glucola Gold, karena kandungan Glutathione-nya dapat membantu pembentukan sel darah merah.

Info selengkapnya tentang produk untuk menjaga stamina dan mencegah leukemia :
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop
0813 2181 0330
Widi/Yeremia
0896 5279 5233




Jumat, 14 April 2017

TIROID, Si Pengatur Metabolisme
by : BBC Journalist
Tiroid adalah kelenjar yang terletak di bawah jakun. Kelenjar tiroid berfungsi mengumpulkan yodium dari darah untuk diproduks menjadi hormon tiroid. Hormon tiroid bertugas mengatur berbagai sistem metabolisme dalam tubuh, sehingga perannya sangat penting.
Ketika tubuh kekurangan atau kelebihan hormon tiroid, otak akan merangsang kelenjar tiroid untuk menyesuaikan kinerjanya agar kadar hormon tersebut kembali seimbang.
Gangguan kadar hormon tiroid dapat dipicu oleh beberapa faktor:
-      Gangguan pada kelenjar pituitari di otak.
-      Kerusakan kelenjar tiroid akibat radiasi.
-      Pengaruh obat litium.
-      Ketidakseimbangan kadar Iodin, kekurangan atau kelebihan. 
Perempuan 5-8 kali lebih rentan terkena gangguan kelenjar tiroid dibandingkan dengan laki-laki. Namun, gangguan tersebut sering kali tidak disadari.
Ketua Divisi Metabolik Endokrin Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Imam Subekti, mengatakan, perempuan hamil rentan kekurangan tiroid. Fase hidup perempuan, seperti siklus haid, kehamilan, melahirkan, dan menyusui, membuat mereka membutuhkan yodium lebih besar. Kebutuhan itu kerap kali tanpa sadar tak terpenuhi sehingga terjadi kekurangan tiroid pada perempuan.
Gangguan tiroid terbagi 2:
1.    Kelainan bentuk, meliputi :
a.      Penyakit gondok, yaitu pembengkakan kelenjar tiroid yang ditandai dengan munculnya benjolan/pembesaran di bagian leher.  Selain benjolan yang menjadi gejala utamanya, penderita penyakit ini juga bisa mengalami perubahan suara, kesulitan bernapas dan menelan, serta rasa sesak pada tenggorokan.
b.   Nodul tiroid, yaitu munculnya benjolan padat (tumor) atau benjolan berisi cairan (kista) pada kelenjar tiroid. Benjolan ini  jarang menimbulkan gejala, sehingga umumnya baru terdeteksi saat penderita menjalani general check-up. Namun jika massa nodul  cukup besar, penderita bisa merasa  nyeri yang  disertai gejala kesulitan bernapas dan menelan.
2.    Kelainan fungsi, meliputi :
a.    Hipotiroidisme, yaitu kondisi di mana kadar hormon tiroid yang diproduksi terlalu sedikit, sehingga tubuh mengalami defisiensi (kekurangan) tiroid. Kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita (terutama lansia) dan memiliki gejala-gejala umum seperti konstipasi, kulit kering, kelelahan, kenaikan berat badan tanpa sebab jelas, serta lebih sensitif terhadap hawa dingin. Wanita hamil perlu mewaspadai hipotiroid karena menyebabkan keterbelakangan mental pada bayi.
b.    Hipertiroidisme, yaitu kondisi di mana hormon tiroid diproduksi secara berlebihan. Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.

Diagnosis Gangguan Tiroid
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan tiroid :
-      Tes darah, T3 dan T4 untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone) untuk menentukan kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang dialami pasien.
-      USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi ukuran serta jenis benjolan yang dialami pasien.
-      Biopsi melalui aspirasi jarum halus akan memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan.
Penanganan Gangguan Tiroid
Setelah pasien dinyatakan positif mengidap penyakit tiroid, dokter akan menganjurkan langkah terapi yang bisa dijalani. Penentuan terapi didasarkan pada jenis penyakit tiroidyang diderita, usia serta kondisi kesehatan pasien. 
Terapi yang biasanya dilakukan meliputi:
1.    Pemberian obat-obatan, yang berfungsi :
a.    Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh.
b.   Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh.
c.    Menghancurkan sel-sel troid.
d.    Obat-obatan lain untukmengatasi gejala/efek samping gangguan tiroid.
2.    Terapi radioaktif.
3.    Dan atau prosedur operasi, yaitu operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi. Prosedur ini bisa dilakukan untuk menangani kelenjar tiroid yang bengkak atau benjolan yang ada di dalamnya.
 
Sebagian besar penyakit tiroid tidak membahayakan penderitanya dan dapat dikendalikan melalui penanganan medis. Tetapi jika dibiarkan, ada yang dapat berkembang menjadi kanker tiroid yang harus ditangani secepat mungkin dan dengan seksama.

Rutin minum air sulingan Bioglass, membantu proses metabolisme dan detoksifikasi.
Mengenakan pendant MGI membantu melancarkan aliran darah, sehingga efek samping akibat ganguan tiroid dapat terbantu.
Rutin minum Glucola/Glucola Gold, karena kandungan Glutathione-nya dapat membantu menjaga keseimbangan kadar hormon tiroid.
  
Info selengkapnya tentang produk untuk menjaga kesehatan tiroid :
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop
0813 2181 0330
Widi/Yeremia
0896 5279 5233

Selasa, 04 April 2017

Living with ‘LUPUS’
by : BBC Journalist
 
Pernahkah Anda bayangkan seorang artis multitalenta ternyata menderita penyakit berbahaya ini? Benar, Selena Gomez adalah 1 dari artis Hollywood yang tengah berjuang melawan penyakit Lupus.
Bukan hanya Selena, namun Kristen Johnston, Toni Braxton, Shannon Boxx, Nick Cannon dan Seal juga tengah berjuang melawan penyakit yang sama.
Apa sebenarnya Lupus? Bagaimana penyakit ini membahayakan penderitanya?

Lupus adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh kerja sistem kekebalan tubuh yang keliru (autoimun), sehingga menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.
Inflamasi akibat lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, sel darah, paru-paru bahkan jantung, sehingga menimbulkan manifestasi penyakit yang beragam. 
  
Penderita Lupus di Indonesia
Penderita lupus di dunia dipercaya mencapai lima juta jiwa. Penyakit ini kebanyakan menyerang wanita pada usia 15-50 tahun (usia masa produktif). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria.
Menurut data dari Yayasan Lupus Indonesia (YLI), jumlah penderita lupus di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 12.700 jiwa. Jumlah ini kemudian meningkat menjadi 13.300 jiwa pada tahun 2013.

 Berdasarkan gejalanya,

Lupus dibagi atas beberapa tipe:
1.    Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE), merupakan tipe yang paling sering dibicarakan. Gejala yang paling sering muncul adalah:
a.    Rasa lelah yang ekstrem dan berkepanjangan, sehingga menghambat aktivitas penderita. Akibatnya banyak penderita SLE mengalami depresi.


b.   Ruam pada kulit.
c.    Nyeri pada persendian tangan dan kaki.
d.   Gejala lain, seperti sariawan, demam tinggi, tekanan darah tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, rambut rontok, mata kering, sakit dada, kehilangan daya ingat, napas pendek, dll.
2.    Lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE), yaitu lupus yang menyerang kulit. Biasanya dapat dikendalikan dengan menghindari paparan sinar matahari langsung dan pemberian obat.
3.    Lupus akibat penggunaan obat. Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Gejala Lupus akibat obat umumnya akan hilang jika Anda berhenti mengonsumsi obat tersebut. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum Anda memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter.

Meski tidak menular, penyakit Lupus bisa diturunkan. Komplikasi Lupus juga bisa sangat berbahaya bahkan menyebabkan kematian,di antaranya :
1.    Pembengkakanpergelangan kaki akibat penumpukan cairan.
2.    Fenomena Raynaud, di mana jari tangan dan kaki memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin atau stres.
3.    Komplikasi kardiovaskular, penderita SLE bisa mengalami radang pada kantung yang membungkus jantung (perikarditis) atau pada otot-otot jantung (miokarditis). SLE juga dapat menyebabkan inflamasi pada jantung dan pembuluh darah. Karena itu, penderita SLE diperkirakan memiliki risiko 6-8 kali lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular.
4.    Komplikasi nefritis Lupus,berupa gangguan ginjal. Diperkirakan sekitar 50% di antara penderita SLE mengidap nefritis lupus. Penyakit ini juga cenderung berkembang pada tahap awal SLE (biasanya dalam lima tahun pertama). Tes darah biasanya akan dianjurkan untuk memantau kondisi ginjal Anda secara seksama.
5.    Risiko penyakit autoimun lainnya, seperti:
o   Penyakit tiroid
o   Sindrom Sjogren, yaitu rusaknya kelenjar air liur & air mata, sehingga mata dan mulut kering.
o   Sindrom Hughes (sindrom antifosfolipid), yang mempertinggi risiko penggumpalan darah pada arteri dan vena, mengakibatkan trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT).
6.    Risiko pada kehamilan, yaitu meningkatkan risiko preeklamsia, kelahiran prematur, keguguran dan kelahiran mati.
Apa penyebab Lupus?
Para pakar menduga ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko Lupus, yaitu:
1.    Faktor genetika (keturunan), di antaranya:
a.   Pengaruh anggota keluarga yang menderita Lupus, yaitu bila ada salah satu anggota keluarga, terutama saudara kembar menderita Lupus.
b.   Mutasi genetik, yang terjadi akibat kekacauan perintah normal pada gen tertentu yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh.
c.   Gender, jumlah penderita lupus wanita yang lebih banyak daripada pria kemungkinan karena sebagian gen termutasi mengandung kromosom X.
2.    Faktor lingkungan, di antaranya :
a.   Perubahan hormonal pada wanita, misalnya pada saat pubertas atau hamil.
b.    Paparan sinar matahari.
c.   Obat-obatan tertentu, misalnya obat antikejang, antibiotik, obat hipertensi.
d.   Virus Epstein-Barr (EBV) juga dianggap berkaitan dengan SLE. Tetapi yang menjadi masalah adalah infeksi virus ini jarang menunjukkan gejala. Jika ada pun, gejalanya berupa penyakit demam kelenjar.

 Apa gejala Lupus?
Lupus sering dijuluki penyakit ‘seribu wajah’, karena memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, akibatnya banyak penderita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang Lupus. Penderita disinyalir mengalami Lupus jika mengalami minimal 4 dari 11 gejala berikut :
1.   Butterfly rash, ruam dengan pola seperti sayap kupu-kupu, yaitu di area kedua pipi dengan tulang hidung sebagai tengahnya (badan).
2.    Discoid rash, ruam ‘klasik’ berbentuk cakram berwarna merah yang lebih tua di bagian tepi, biasanya muncul pada wajah, kulit kepala dan leher.
3.   Photosensitivity, ruam di atas semakin parah saat terpapar sinar matahari.
4.   Oral ulcers,sariawan terus menerus atau hilang timbul, baik di lidah atau di bagian rongga mulut lainnya.
5.   Arthritis (radang sendi),peradangan pada sendi yang memerah, bengkak dan terasa nyeri.
6.  Peradangan pada organ pernapasan, yang menimbulkan nyeri dada saat batuk atau menarik napas dalam:
a.    Bila terjadi pada lapisan paru-paru disebut serositis.
b.    Bila terjadi pada selaput paru-paru disebut pleuritis.
c.    Bila terjadi pada selaput jantung disebut pericarditis.
7.   Gangguan ginjal, ditandai dengan ditemukannya protein pada air kencing (proteinuria) atau endapan (sedimen) padaurin.
8.   Gangguan neurologis dan psychosis, di mana kerja otak dan sistem saraf terganggu. Menimbulkan sakit kepala, kebingungan, gangguan penglihatan, halusinasi bahkan kejang.
9.   Kelainan darah, Hemolytic Anemia (anemia karena pecahnya sel darah merah), low white blood cell count (jumlah sel darah putih yang rendah) atau low platelet counts (platelet atau trombosit rendah).
10.Immunologic Disorders, gangguan imunitas, diketahui melalui serangkaian tes laboratorium, di antaranya :
a.     Tes antibodi anti DNA, adanya antibodi anti-DNA dalam darah akan meningkatkan risiko Anda terkena SLE. Jumlah antibodi anti-DNA akan meningkat saat SLE bertambah aktif. Tetapi orang-orang yang tidak menderita SLE juga dapat memiliki antibodi ini.
b.    Tes komplemen C3 dan C4, untuk memeriksa tingkat komplemen dalam darah, untuk memeriksa keaktifan SLE. Komplemen adalah senyawa dalam darah yang membentuk sebagian sistem kekebalan tubuh. Level komplemen dalam darah akan menurun seiring aktifnya SLE.
11. Positif ANA (Antinuclear Antibody), digunakan untuk memeriksa keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah, yaitu antibodi anti-nuklir. Jenis antibodi ini merupakan ciri utama SLE. Sekitar 95% penderita SLE memiliki antibodi ini. Tetapi hasil yang positif tidak selalu berarti Anda mengidap SLE, jadi tes antibodi anti-nuklir tidak bisa dijadikan patokan untuk penyakit ini. Tes lain juga dibutuhkan untuk memastikan diagnosis.

Setelah dinyatakan positif SLE, kondisi penderita akan terus dipantau, terutama terkait kesehatan ginjal dan risiko anemia. Biasanya dokter akan memantau melalui cek rontgen, USG dan CT scan.
 Penanganan Lupus
SLE tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada penderita SLE.
Beberapa puluh tahun yang lalu, SLE dipandang sebagai penyakit terminal yang berujung kepada kematian. Namun saat ini, hampir semua penderita SLE saat ini dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal.
Penderita biasanya dianjurkan untuk:
1.       Menghindari paparan sinar matahari.
2.       Mengonsumsi beberapa jenis obat di bawah pengawasan dokter :
a.     Obat inflamasi nonsteroid, untuk mengurangi nyeri sendi dan otot.
b.    Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dengan cepat dan efektif. Mengingat efek sampingnya berupa penipisan tulang, penipisan kulit, peningkatan berat badan dan tekanan darah, penggunan obat ini harus di bawah pengawasan dokter.
c.     Hydrocychloroquine, untuk mengurangi nyeri  dan ruam pada kulit.
d.     Imunosupresan, untuk menekan kinerja sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa jenis imunosupresan yang biasanya diberikan dengan resep dokter, yaitu azathioprine, mycophenolate mofetil, dan cyclophosphamide. Ditekannya kinerja sistem kekebalan tubuh meningkatkan risiko infeksi.

Bagaimana  produk MCI membantu penderita Lupus?
1.     Kenakan Pendant MCI untuk membantu memperlancar peredaran darah. Peredaran darah yang baik akan melancarkan aliran nutrisi dan obat dari dokter, sehingga diharapkan keluhan dan gejala berkurang.
2.   Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air hexagonal, yang disuling menggunakan Bioglass.




Info produk & pemesanan :
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop
0813 2181 0330
Widi/Yeremia
0896 5279 5233