Translate

Kamis, 10 Mei 2018

R A (Rheumatoid Arthritis)
by : BBC Journalist
 
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian (misalnya sendi kaki dan tangan).
Seiring waktu, peradangan ini merusak jaringan persendian, bahkan mengubah bentuk tulang. Akibatnya aktivitas penderita terganggu, seperti sulit berjalan dan sulit menggerakkan tangan. 
Gejala Rheumatoid Arthritis
Gejala rheumatoid arthritis berbeda-beda pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu.
Walau jarang terjadi, sebagian penderita rheumatoid arthritis juga bisa mengalami perkembangan gejala dengan cepat, bahkan hanya dalam hitungan hari. Gejala rheumatoid arthritis juga bisa muncul dan menghilang selama beberapa saat.

Beberapa gejala yang sering timbul pada persendian akibat rheumatoid arthritis, di antaranya: 
·       Kaku, persendian terasa kaku, sulit digerakkan. Gejala ini lebih sering muncul pada pagi hari atau saat beristirahat. Gejala kaku ini sering dikaitkan dengan osteoarthritis. Bedanya, kalau kaku akibat osteoarthritis akan hilang setengah jam setelah bangun tidur, maka kekakuan akibat rheumatoid arthritis akan bertahan lebih lama.
·       Kemerahan, bengkak dan terasa hangat bila disentuh.
·       Nyeri dan terasa berdenyut. Gejala ini biasa lebih parah pada pagi hari atau setelah beristirahat.
·       Gejala lainnya : demam, berat badan menurun, lelah dan kurang berenergi, berkeringat, serta berkurangnya nafsu makan.
Beberapa komplikasi yang mungkin menyertai serangan rheumatoid arthritis adalah: 
1.      Penyebaran peradangan ke organ lain, seperti hati, pembuluh darah, paru-paru dan mata.
2.     Cervical myelopathy, yaitu tertekannya saraf tulang belakang akibat dislokasi persendian tulang belakang bagian atas. Bila tidak segera dioperasi, dapat mengakibatkan kerusakan permanen saraf tulang belakang.
3.     Sidroma lorong karpal, yaitu bila saraf median, yang mengendalikan gerakan tangan tertekan. Kondisi ini menimbulkan gejala kesemutan, nyeri dan mati rasa.
4.     Penyakit kardiovaskular, seperti stroke dan serangan jantung, karena rheumatoid arthritis memengaruhi kondisi pembuluh darah dan jantung.
5.     Kerusakan sendi permanen dan perubahan bentuk tulang.
6.     Sindrom sjogren, yaitu kondisi di mana kelembaban mata dan mulut berkurang.

Penyebab Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya membuat antibodi untuk menyerang virus dan bakteri, justru mengirim antibodi ke lapisan persendian untuk menyerang jaringan di sekitar persendian dan menyebabkan peradangan
Peradangan ini menyebabkan kerusakan di sekitar tendon, ligamen dan tulang.
 
Faktor risiko
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, antara lain: 
1.       Faktor risiko yang tidak bisa diubah:
·       Keturunan, ada anggota keluarga kandung yang juga menderita arthritis.
·       Usia, kebanyakan penderita arthritis berusia di atas 40 tahun.
·       Jenis kelamin, wanita lebih berisiko. 
2.       Faktor risiko yang bisa diubah:
·       Merokok, risiko peradangan.
·       Obesitas, kelebihan berat badan memperberat kerja sendi, khususnya pada wanita berusia di bawah 55 tahun.
·       Lingkungan, kondisi ini dikaitkan dengan penurunan daya tahan tubuh penderita.

Gejala rheumatoid arthritis mirip dengan beberapa penyakit lainnya, itu sebabnya sulit untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis pada tahap awal. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan, berupa tes darah dan pemindaian (x-ray/MRI) untuk membantu diagnosis rheumatoid arthritis. 
 

Penanganan Rheumatoid Arthritis
Karena hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhan rheumatoid arthritis sepenuhnya. Penderita hanya bisa melakukan perawatan, yang ditujukan untuk membantu mengurangi gejala peradangan di persendian, mencegah atau memperlambat kerusakan persendian, mengurangi tingkat disabilitas, dan membuat penderita rheumatoid arthritis bisa tetap hidup aktif. 

Beberapa tindakan perawatan yang biasanya diakukan adalah:
1.     Konsumsi obat pereda sakit dan obat antiinflamasi untuk mencegah penyebaran arthritis.
2.     Terapi, berupa terapi okupasi, podiatry dan fisioterapi. Penderita dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani terapi, untuk menghindari komplikasi.
3.     Operasi, yang ditujukan untuk memperbaiki kelainan bentuk, meredakan kerusakan persendian dan mengembalikan fungsi persendian, berupa:
a.     Perbaikan tendon, untuk memperbaiki tendon yang putus atau kendur.
b.     Penggantian sendi total, dilakukan dengan penambahan prosthesis yang terbuat dari plastik atau logam.
c.     Operasi penggabungan sendi, memperbaiki posisi sendi agar lebih stabil, terutama bila penggantian sendi total tidak bisa dilakukan.
d.     Sinovektomi, dilakukan untuk mengeluarkan cairan sinovial yang meradang, biasa dilakukan pada persendian lutut, siku, pergelangan tangan, jari dan pinggul.
e.     Artroskopi, yaitu prosedur pengangkatan jaringan sendi yang meradang dengan bantuan kamera artroskop dan alat khusus. 
4.     Memperbaiki pola hidup, yaitu dengan diet dan berolah raga secara teratur untuk:
a.     Memperkuat otot pendukung persendian, membantu pergerakan  sendi dan meredakan stress.
b.     Bagi penderita kelebihan berat badan, olah raga bisa membantu menurunkan berat badan dan meringankan tekanan pada tulang dan persendian.
5.      Penggunaan peralatan kesehatan di rumah:
a.     Bioglass:
                                                       i.    Minum air yang dialirkan melalui Bioglass untuk menjaga agar peredaran darah ke seluruh tubuh termasuk persendian lebih lancar.
                                                    ii.    Disenter di bagian yang meradang, untuk membantu proses self healing.
b.     Glucola drink 1 sachet per hari, untuk menjaga daya tahan tubuh dan membantu proses pemulihan dari peradangan.
 
 
Info & pemesanan produk untuk mencegah & mengatasi ARTHRITIS:
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 
Widi/Yeremia 0896 5279 5233

Kamis, 11 Januari 2018

A L E R G I
by : BBC Journalist
 
Apa itu alergi?
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya (alergen) walaupun sebenarnya bagi orang lain tidak berbahaya.
Alergen atau substansi pemicu alergi bisa berupa substansi yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh. Beberapa substansi yang sering memicu alergi di antaranya gigitan serangga, debu, bulu hewan, obat-obatan, makanan tertentu, suhu dingin dan serbuk sari bunga.
 

Bagaimana reaksi alergi terjadi?
Reaksi alergi terjadi saat pertama kali tubuh penderita berpapasan dengan alergen, dan tubuh memproduksi antibody yang disebut Imunoglobulin E (IgE), karena tubuh merespons alergen sebagai sesuatu yang berbahaya.  
Begitu kembali berpapasan dengan alergen yang sama, tubuh akan memproduksi antibodi IgE lebih banyak terhadap alergen tersebut dan memicu pelepasan histamin, yang menimbulkan gejala alergi.
Biasanya gejala muncul beberapa menit setelah tubuh penderita berpapasan dengan alergen.

Gejala alergi bermacam-macam, meliputi:
1.     Gangguan saluran napas: bersin, batuk, sesak napas, hidung beringus.
2.     Gangguan kulit: ruam merah, gatal.
3.     Gangguan mata: mata merah, gatal, berair.
4.     Gangguan pencernaan: sakit perut, muntah, diare.
5.     Pembengkakan bagian tubuh tertentu, misalnya wajah, mulut, lidah.
6.     Pingsan atau kehilangan kesadaran.
Tingkat keparahan alergi berbeda-beda pada tiap individu, yang paling parah disebut anafilaksis dan membutuhkan penanganan medis darurat. Gejala alergi juga tergantung pada allergen:
1.     Gigitan/sengatan serangga: pembengkakan & gatal di seluruh tubuh, batuk, sesak
2.     Substansi udara, seperti debu, serbuk sari bunga atau tungau debu: batuk, bersih hidung berair dan sulit bernafas, dll.
3.     Makanan: rasa gatal, bibir dan mulut bengkak, ruam kulit yang terasa gatal, muntah, bahkan diare.
4.     Obat-obatan: gatal-gatal, pembengkakan wajah, sulit bernafas, dll

Gejala yang fatal (anafilaksis) meliputi:
-       Pusing yang sangat parah.
-       Denyut nadi sangat cepat atau sangat lemah.
-       Penurunan tekanan darah hingga pingsan.
-       Kulit dan bibir berwarna biru.
 
Faktor risiko alergi biasanya dipengaruhi oleh:
1.     Faktor keturunan: orang tua yang memiliki alergi  kemungkinan memiliki keturunan yang juga mengalami alergi, meski jenis alergi tidak selalu sama.
2.     Faktor lingkungan: semakin banyak atau sering terpajan alergen, risiko alergi semakin tinggi.
3.     Faktor lain: merokok, polusi, infeksi dan perubahan hormonal.

Diagnosa alergi
Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan riwayat alergi, mulai dari gejala, frekuensi, waktu kemunculan dan pemicu alergi. Selanjutnya dokter akan melakukan test lebih lanjut:
1.     Test temple (patch test), dokter akan menempelkan beberapa jenis substansi yang diduga sebagai alergen ke kulit pasien selama 2 hari sambil memantau reaksi kulit. Test ini bertujuan mengenali alergi pada kulit.
2.     Test tusuk kulit, dokter akan menetesi kulit pasien dengan cairan alergen, kemudian menusuknya perlahan menggunakan jarum untuk melihat reaksi alergi. Jika memang pasien menderita alergi terhadap substansi tersebut, dalam 15 menit akan muncul benjolan merah yang terasa gatal. Test ini dilakukan untuk mendeteksi alergi terhadap obat-obatan, racun serangga atau substansi di udara.
3.     Test darah, yaitu menggunakan radioalergosorbent test (RAST) untuk mengukur kadar IgE tertentu dalam darah.
4.     Test eliminasi, biasanya dilakukan bila pasien diduga mengalami alergi terhadap makanan tertentu. Test dilakukan dengan menghindari jenis makanan yang diduga menjadi alergen untuk melihat perbedaan reaksi dari gejala yang dialami. Lalu jenis makanan yang sama dicoba kembali setelah beberapa minggu untuk menantikan reaksi berikutnya. Atau bahkan pasien diminta mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah cukup banyak untuk mengamati reaksi tubuh terhadap allergen.

Selain menghindari alergen, cara lain untuk mengendalikan gejala alergi adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter, seperti antihistamin, obat semprot kortikosteroid, dekongestan, dll.

Namun dari seluruh penanganan yang dilakukan, yang lebih penting adalah menjaga daya tahan tubuh penderita. Saat daya tahan tubuh prima, gejala alergi akan sangat banyak berkurang baik dari tingkat keparahan maupun frekuensi.
http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/bioglass-2-sudah-diteliti-di-jepang.html

Info & pemesanan produk untuk mencegah & mengatasi ALERGI :

Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 

Widi/Yeremia 0896 5279 5233


Sabtu, 23 September 2017

Tinnitus... Saat Telinga Berdenging
by : BBC Journalist
 Tinnitus adalah istilah medis untuk keluhan bunyi berdenging pada telinga.
·       Tinnitus  bukanlah penyakit, melainkan gejala dari kondisi kesehatan tertentu.
·       Tinnitus merupakan kondisi yang bisa dialami semua orang dari segala usia. Meskipun begitu, gejala ini umumnya dialami oleh lansia yang berusia di atas 65 tahun.
·       1 dari 100 orang yang mengalami tinnitus bahkan merasakan denging ini benar-benar mengganggu konsentrasi, menyebabkan masalah tidur sampai depresi.
·       Tinnitus akan makin jelas terasa ketika Anda berada di tempat hening, atau ketika akan tidur. Selain itu, penderitanya dapat lebih sensitif terhadap volume suara yang sebenarnya normal bagi banyak orang. Kondisi tersebut dinamakan hyperacusis.
Gejala Tinnitus
Tinnitus umumnya ditandai dengan munculnya bunyi berdenging pada telinga, tetapi bisa juga berupa bunyi berdesis, atau bahkan siulan. Bunyi ini bisa terdengar pada salah satu atau kedua telinga penderita:
·       Jika suara tersebut hanya bisa didengar oleh Anda, berarti Anda mengalami tinnitus subjektif. Kondisi ini bisa dipicu oleh masalah pada telinga luar, tengah, atau dalam. Selain itu, masalah pada saraf pendengaran atau bagian otak yang menerjemahkan sinyal suara juga bisa memicu tinnitus subjektif.
·       Jika suara-suara tersebut dapat didengar oleh dokter ketika pemeriksaan, berarti Anda mengalami tinnitus objektif. Jenis yang lebih langka ini dipicu oleh masalah pembuluh darah, kondisi tulang telinga dalam atau kontraksi otot
Tinnitus umumnya bukan kondisi yang serius dan bisa membaik dengan sendirinya. Tetapi tidak ada salahnya kita tetap waspada dan memeriksakan kondisi telinga ke dokter, terutama jika:
·       Bunyi tersebut mengganggu ketenangan atau aktivitas sehari-hari, misalnya penderita menjadi sulit tidur atau mengalami depresi.
·       Tinnitus muncul setelah kita mengalami infeksi pada saluran pernapasan atas (misalnya flu), dan tidak kunjung membaik dalam kurun waktu 7 hari.
·       Tinnitus disertai dengan pusing atau kehilangan pendengaran.
Penyebab Tinnitus
Tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Penyebabnya juga terkadang sulit diketahui dengan pasti. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab yang umumnya melatarbelakangi tinnitus:
Penyebab ringan, artinya bukan disebabkan oleh penyakit serius.
§       Mendengar suara yang sangat keras. Pada beberapa kasus, tinnitus dapat menjadi permanen jika penderita mendengar suara keras untuk waktu lama,contohnya mendengar musik yang terlalu nyaring melalui earphone, pekerja pabrik yang menangani mesin-mesin berat, atau mendengar bunyi ledakan. Pajanan jangka pendek biasanya akan menyebabkan tinnitus yang bisa hilang sendiri. Sementara pajakan jangka panjang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen.
§   Efek samping penggunaan obat seperti aspirin, antibiotik dan kina.
§       Kekurangan zat besi.
§       Infeksi telinga. Jika infeksi diobati, maka tinnitus dapat hilang.
§   Banyak kotoran telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran atau iritasi gendang telinga.
§       Cemas atau stres.
§       Penurunan daya pendengaran seiring penuaan, biasanya dimulai dari usia 60 tahun.
§  Postur tubuh, misalnya ketika Anda bangkit dari posisi tidur atau duduk, atau menggerakkan kepala. Gerakkan tersebut mengakibatkan perubahan tekanan pada saraf, otot, atau pembuluh darah di sekitar telinga yang memicu tinnitus.

Penyebab serius, atau disebabkan oleh penyakit serius, antara lain:
§       Adanya tumor di kepala atau leher, sehingga menyebabkan pembuluh darah di kepala atau leher tertekan.
§       Tekanan darah tinggi.
§        Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah telinga akibat penumpukan kolesterol yang terjadi  pada pembuluh darah di dekat telinga bagian tengah dan dalam. Akibatnya, aliran darah menjadi lebih kuat dan terdengar oleh telinga.
§        Penyakit Meniere akibat tekanan pada koklea, yaitu suatu struktur di telinga bagian dalam. Kondisi ini bisa menyebabkan pusing atau vertigo, kehilangan pendengaran dan tinnitus.
§   Tumor neuroma akustik, yaitu tumor jinak yang terjadi pada saraf kranial yang menjalar dari otak ke telinga bagian dalam.
 

Diagnosis Tinnitus
Pemeriksaan dan diagnosis tinnitus umumnya dilakukan oleh dokter THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan).  Dokter akan meminta pasien untuk mendeskripsikan jenis bunyi yang didengar, menanyakan riwayat kesehatan, mengukur tingkat keparahan tinnitus, serta memeriksa kondisi telinga pasien.

Pemeriksaan lebih lanjut yang biasanya dilakukan meliputi evaluasi pendengaran, pemeriksaan darah, CT scan dan MRI. Rangkaian pemeriksaan tersebut adalah untuk menegakkan diagnosis sekaligus untuk mencari penyebab tinnitus.
Pengobatan Tinnitus
Tiap penderita tinnitus membutuhkan cara penanganan yang berbeda, tergantung pada faktor penyebab tinnitus. Contohnya:
  • Dokter akan mengganti obat yang digunakan jika tinnitus merupakan efek samping dari obat-obatan.
  • Apabila penumpukan kotoran telinga terbukti menjadi pemicu tinnitus, dokter akan menganjurkan metode pembersihan atau memberikan obat tetes telinga.
  • Namun jika penyebab tinnitus tidak diketahui, penanganan yang diberikan bertujuan untuk menekan bunyi tinnitus semaksimal mungkin sehingga tidak mengganggu aktivitas penderita. Langkah-langkah tersebut biasanya meliputi:
    • Penggunaan alat bantu dengar.
    • Prosedur operasi.
    • Terapi suara, misalnya menggunakan bunyi-bunyi lain (seperti suara radio atau rekaman bunyi hujan) untuk menutupi bunyi tinnitus.
    • Tinnitus retraining therapy (TRT). Dalam terapi ini, pasien akan dilatih untuk membiasakan diri dengan bunyi tinnitus.
    • Terapi perilaku kognitif (CBT) agar pola pikir penderita terhadap tinnitus bisa diubah sehingga terhindar dari stres dan depresi.
·       Di samping melalui terapi medis, ada juga sejumlah cara yang bisa diterapkan di rumah untuk membantu mengendalikan tinnitus, misalnya menghindari pemicu tinnitus: mendengarkan musik yang menenangkan, mencari hobi yang bisa mengalihkan perhatian, mengurangi konsumsi minuman keras, atau melakukan relaksasi (seperti meditasi dan yoga).

Mengenakan pendant, membantu melancarkan aliran darah dan membantu penderita mendapatkan tidur berkualitas.


http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/bioglass-2-sudah-diteliti-di-jepang.html

Info & pemesanan produk untuk mengatasi TINNITUS :
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 
Widi/Yeremia 0896 5279 5233