Translate

Jumat, 21 September 2018

VARISES, Mengganggu Penampilan & Kesehatan
by : BBC Journalist
Varises… penderitanya pasti sangat tersiksa.
Varises adalah pembengkakan dan pelebaran pembuluh darah balik (vena) akibat penumpukan darah, yang lebih sering terjadi pada bagian kaki (betis). Selain pada kaki, varises juga mungkin timbul di bagian tubuh lain, seperti kerongkongan (esofagus), rahim (uterus), vagina, panggul atau rectum (usus besar dekat anus).
Pembuluh vena penderita sering terlihat menonjol keluar berwarna biru atau ungu tua, kadang menyerupai simpul atau tali berpilin.
Bagaimana varises terjadi?
Varises diawali dengan penumpukan darah di dalam pembuluh vena akibat melemahnya atau rusaknya katup pembuluh darah vena. Pembuluh vena berfungsi mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung.
Di dalam pembuluh vena, ada katup yang berfungsi sebagai pintu satu arah agar darah yang sudah melewatinya tidak dapat kembali lagi. Akibatnya terjadi penumpukan darah, sehingga pembuluh darah vena tersebut melebar.
Gejala Varises
Kehadiran varises biasanya ditandai dengan gejala:
  1. Betis terasa nyeri setelah penderita duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama.
  2. Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki dan mata kaki.
  3. Sensasi terbakar dan berdenyut pada kaki, bahkan kram otot terutama di malam hari.
  4. Timbulnya rasa gatal di sekitar pembuluh darah.
  5. Timbulnya borok kulit di dekat pergelangan kaki, yang menandakan sudah terjadi komplikasi dan memerlukan penangangan medis.
  6. Pada sebagian penderita dengan varises yang sangat besar, tidak terasa sakit. Namun bagian bawah kaki dan pergelangan kaki bisa terasa gatal, terutama saat tungkai hangat setelah pasien mengenakan kaus kaki atau stocking. Gatal dapat merangsang garukan dan menyebabkan ruam, yang sering dianggap kulit kering.

Faktor Risiko Varises
Faktor risiko yang dapat memicu varises:
1.      Faktor yang tidak bisa diubah:
    1. Umur, saat menua pembuluh darah akan kehilangan elastisitas, sehingga katup pembuluh darah pun melemah. Akibatnya darah yang harusnya bergerak menuju jantung mengalir kembali ke belakang. Terjadilah genangan darah yang mengakibatkan pembesaran pada pembuluh darah dan lama kelamaan dapat menimbulkan varises.
    2. Jenis kelamin, wanita lebih berisiko, dikarenakan terjadinya perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan maupun masa menpause.
    3. Faktor genetic (keturunan), mereka yang memiliki riwayat anggota keluarga sedarah yang menderita varises
2.      Faktor yang bisa diubah:
a.      Kelebihan berat badan, dapat memberikan tekanan tambahan pada kaki dan  pembuluh darah di kaki.
b.      Kehamilan, saat seorang wanita mengandung, terjadi peningkatan volume darah  untuk mendukung perkembangan janin, namun hal tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti varises. Umumnya varises akan hilang setelah melahirkan.

3.      Kebiasaan yang kurang baik, misalnya:
a.      Berdiri dalam jangka waktu lama, misalnya karena pekerjaan.
b.      Duduk terlalu lama.
c.       Mengenakan sepatu hak tinggi.
d.      Konsumsi makanan tinggi garam yang meningkatkan retensi cairan tubuh.
e.      Kebiasaan menyilangkan kaki, meningkatkan tekanan di area pinggul, yang berisiko pembesaran pembuluh darah, yang dapat berkembang menjadi spider veins.

Komplikasi

Meskipun jarang terjadi, namun varises dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti : 
1.      Bisul, bahkan borok akibat tekanan pada pembuluh darah dalam waktu lama.
2.      Pembekuan darah, yang dalam dunia medis disebut tromboflebitis.
3.      Meningkatkan risiko gagal jantung dan emboli paru-paru.
Diagnosis varises
Diagnosis varises dilakukan dengan mengumpulkan keterangan mengenai gejala, riwayat kesehatan, dan faktor risiko pada pasien. Setelah itu dokter akan melakukan:
1.      Pemeriksaan fisik, berupa pemeriksaan pada kaki dalam posisi berdiri untuk memeriksa terjadinya pembengkakan.
2.      USG, untuk melihat apakah katup dalam pembuluh darah pasien masih dapat berfungsi dengan normal dan juga untuk melihat ada atau tidaknya pembekuan darah.

Pengobatan Varises
Tujuan pengobatan varises adalah meredakan gejala, mencegah varises bertambah parah, serta mencegah komplikasi berupa luka atau pendarahan.
Pengobatan varises dapat dilakukan dengan:
1.       Perawatan pribadi, seperti: 
a.    Berolah raga teratur untuk mengendalikan berat badan dan menjaga aliran darah tetap lancar. #Soshin #pendant
 
http://distributor-mci-resmi.blogspot.com/2017/02/lets-reshape-your-body-perfection-by.html
b.    Menghindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat.
c.     Menghindari aktivitas berdiri dan duduk yang terlalu lama.
d.    Mengangkat kaki dan mengganjal kaki dengan bantal pada saat tidur. Untuk mengurangi rasa pegal, rolling #magicstick; dan untuk mengurangi pembengkakan, dapat dilakukan penyinaran menggunakan #bioglass #magicstick
http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/bioglass-2-sudah-diteliti-di-jepang.html

e.    Menghindari pemakaian hak sepatu yang tinggi.
f.      Mengenakan stocking kompresi, yang membantu menekan kaki sehingga pembuluh darah dan otot-otot kaki dapat bergerak lebih efisien. Stoking kompresi harus kuat, tetapi tidak harus ketat.

2.       Penanganan medis, seperti:
a.      Skleroterapi, prosedur medis untuk menghilangkan varises maupun spider veins dengan menyuntikkan larutan (umumnya larutan garam) ke dalam vena.

b.      Operasi laser, bertujuan untuk menutup varises maupun spider veins dengan mengirimkan paparan cahaya ke vena, yang perlahahan-lahan menghilangkan pembengkakan. 
c.     Catheter-assisted procedures, di mana dokter akan memasukkan tabung tipis (kateter) ke dalam pembuluh darah yang membesar, lalu memanaskan ujung kateter untuk menghancurkan vena. 
d.    Vein stripping, yaitu operasi kecil yang digunakan untuk menghapus vena yang rusak dan mencegah komplikasi kerusakan pembuluh darah.
e.    Ambulatory phlebectomy, dilakukan untuk menghilangkan varises melalui serangkaian tusukan pada kulit. Biasanya bagian yang ditusuk akan mati rasa.
f.      Operasi vena endoskopi, dilakukan bila sudah terjadi borok. Dokter akan mengangkat pembuluh vena yang mengalami varises dan operasi penutupan pembuluh vena dengan menggunakan bahan khusus berbentuk busa (skleroterapi) atau dengan menggunakan panas (endothermal ablation).





Info & pemesanan produk untuk mengatasi VARISES:

Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 

Widi/Yeremia 0896 5279 5233

Senin, 17 September 2018

ARITMIA, Saat Irama Jantung Abnormal
by : BBC Journalist
Aritmia adalah masalah pada irama detak jantung, bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Detak jantung normal jantung biasanya 60 sampai 100 detak per menit

Jenis-jenis aritmia yang paling umum dijumpai antara lain:
  • Bradikardia, kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur.
  • Blok jantung, kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dan bisa menyebabkan pingsan.
  • Takikardia supraventrikular, kondisi ketika jantung berdenyut terlalu cepat.
  • Fibrilasi atrium, kondisi ketika jantung berdetak sangat cepat, bahkan saat beristirahat.
  • Fibrilasi ventrikel, jenis aritmia yang dapat menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang terlalu cepat.
Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala yang disadari oleh penderitanya. Gejala yang dapat muncul dan dirasakan antara lain:
  • Dada berdebar-debar
  • Detak jantung tidak normal, bisa dideteksi dengan cara berbaring menghadap ke kiri.
  • Kelelahan, pusing dan pada beberapa kasus sering pingsan.
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
Berkonsultasilah dengan dokter bila muncul lebih dari satu gejala yang terjadi berulang-ulang. Hal itu bertujuan agar dokter bisa segera mendiagnosa jenis artimia dengan tepat.
Faktor Risiko Aritmia
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia, di antaranya:
  • Faktor komplikasi penyakit lain:
    • Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit seperti kalium, natrium, kalsium dan magnesium dapat mengganggu konduksi impuls listrik di jantung, sehingga meningkatkan risiko aritmia.
    • Gangguan kelenjar tiroid, kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif dapat meningkatkan risiko aritmia.
    • Sleep apnea obstruktif,suatu kelainan di mana pernapasan pendderita terganggu/terhenti sejenak pada saat tidur, dapat meningkatkan risiko aritmia.
    • Diabetes, selain meningatkan risiko aritmia, diabetes yang tidak terkontrol juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi.
    • Tekanan darah tinggi, yang dapat memicu penebalan dinding bilik kiri jantung, sehingga menjadi kaku. Akibatnya aliran listrik jantung terganggu.
    • Gangguan pada jantung atau riwayat operasi jantung.
  • Pola hidup dan pengaruh obat-obatan tertentu:
    • Penggunaan narkoba, seperti amfetamin dan kokain dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya fibrasi ventrikel dan jenis aritmia lainnya.
    • Efek samping obat-obatan, beberapa jenis obat batuk dan pilek yang dijual bebas di apotek dapat meningkatkan risiko aritmia.
    • Konsumsi alcohol berlebihan, dapat memengaruhi impuls listrik jantung.
    • Konsumsi kafein dan/atau nikotin (merokok), yang dapat membuat jantung berdetak lebih cepat dan memicu aritmia.
Diagnosis Aritmia
Diagnosa awal aritmia dapat dilakukan melalui percakapan antara dokter dengan pasien.Selanjutnya untuk memastikan aritmia dan penyebabnya dokter akan melakukan beberapa tes, di antaranya:
  • Ekokardiogram, untuk memeriksa fungsi katup dan otot jantung serta mendeteksi penyebab aritmia dengan bantuan gelombang ultrasonografi.
  • Elektrokardiogram (EKG), untuk merekam aktivitas elektrik pada jantung.
  • Uji Treatmill (Latih Beban Jantung), yaitu dengan meminta pasien melakukan latihan fisik, seperti mengayuh sepeda statis atau berjalan di atas treadmill. Kemudian tekanan darah dan denyut jantung pasien dimonitor. Dari tes ini, dokter membandingkan  tingkat keteraturan irama jantung sebelum dan setelah aktivitas fisik.
  • Studi elektrofisiologi, untuk mencari bagian otot jantung yang memicu aritmia.
  • Kateterisasi jantung. Dilakukan untuk mengetahui kondisi beberapa bagian jantung seperti bilik, pembuluh darah coroner dan katup.
Pengobatan Aritmia
Ada sebagian pasien aritmia yang tidak membutuhkan pengobatan. Pengobatan dilakukan bila dokter melihat gejala aritmia pasien berpotensi memburuk atau menyebabkan komplikasi. Jenis pengobatan yang dilakukan adalah:
  • Obat-obatan, misalnya obat penghambat beta (beta blocker) yang dapat menjaga denyut jantung agar tetap normal. Ada juga obat-obatan antikoagulan seperti aspirin, warfarin,  rivaroxaban, dan debigatran yang menurunkan risiko penggumpalan darah dan stroke.
  • Alat pacu jantung, yang dipasang di dekat jantung pasien. Ketika mendeteksi perubahan ritme jantung, alat ini akan mengirim sengatan listrik pendek ke jantung untuk menormalkan ritme jsntung.
  • Kardioversi, dilakukan jika kasus aritmia tidak bisa ditangani dengan obat. Dokter akan memberikan kejutan listrik ke dada pasien agar denyut jantung kembali normal.
  • Metode ablasi, atau merusak bagian kecil jaringan jantung yang menjadi sumber aritmia. Dokter akan memasukkan sebuah kateter dengan panduan X-ray melalui pembuluh darah di kaki untuk menemukan jaringan tersebut.
Pencegahan Aritmia
Aritmia dapat dicegah melalui langkah-langkah berikut ini:
  • Menghindari atau mengurangi stres.
  • Menjaga berat badan ideal dengan mengonumsi makanan sehat dan berolah raga teratur.
  • Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter.
  • Menghentikan rokok juga minuman keras dan berkafein.
  • Menjaga aliran darah tetap lancer dengan mengenakan Pendant MCI.
  • Rutin minum air Bioglass untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam darah.
http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/bioglass-2-sudah-diteliti-di-jepang.html


Info & pemesanan produk untuk mengatasi ARITMIA:
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 
Widi/Yeremia 0896 5279 5233

Kamis, 10 Mei 2018

R A (Rheumatoid Arthritis)
by : BBC Journalist
 
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian (misalnya sendi kaki dan tangan).
Seiring waktu, peradangan ini merusak jaringan persendian, bahkan mengubah bentuk tulang. Akibatnya aktivitas penderita terganggu, seperti sulit berjalan dan sulit menggerakkan tangan. 
Gejala Rheumatoid Arthritis
Gejala rheumatoid arthritis berbeda-beda pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu.
Walau jarang terjadi, sebagian penderita rheumatoid arthritis juga bisa mengalami perkembangan gejala dengan cepat, bahkan hanya dalam hitungan hari. Gejala rheumatoid arthritis juga bisa muncul dan menghilang selama beberapa saat.

Beberapa gejala yang sering timbul pada persendian akibat rheumatoid arthritis, di antaranya: 
·       Kaku, persendian terasa kaku, sulit digerakkan. Gejala ini lebih sering muncul pada pagi hari atau saat beristirahat. Gejala kaku ini sering dikaitkan dengan osteoarthritis. Bedanya, kalau kaku akibat osteoarthritis akan hilang setengah jam setelah bangun tidur, maka kekakuan akibat rheumatoid arthritis akan bertahan lebih lama.
·       Kemerahan, bengkak dan terasa hangat bila disentuh.
·       Nyeri dan terasa berdenyut. Gejala ini biasa lebih parah pada pagi hari atau setelah beristirahat.
·       Gejala lainnya : demam, berat badan menurun, lelah dan kurang berenergi, berkeringat, serta berkurangnya nafsu makan.
Beberapa komplikasi yang mungkin menyertai serangan rheumatoid arthritis adalah: 
1.      Penyebaran peradangan ke organ lain, seperti hati, pembuluh darah, paru-paru dan mata.
2.     Cervical myelopathy, yaitu tertekannya saraf tulang belakang akibat dislokasi persendian tulang belakang bagian atas. Bila tidak segera dioperasi, dapat mengakibatkan kerusakan permanen saraf tulang belakang.
3.     Sidroma lorong karpal, yaitu bila saraf median, yang mengendalikan gerakan tangan tertekan. Kondisi ini menimbulkan gejala kesemutan, nyeri dan mati rasa.
4.     Penyakit kardiovaskular, seperti stroke dan serangan jantung, karena rheumatoid arthritis memengaruhi kondisi pembuluh darah dan jantung.
5.     Kerusakan sendi permanen dan perubahan bentuk tulang.
6.     Sindrom sjogren, yaitu kondisi di mana kelembaban mata dan mulut berkurang.

Penyebab Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya membuat antibodi untuk menyerang virus dan bakteri, justru mengirim antibodi ke lapisan persendian untuk menyerang jaringan di sekitar persendian dan menyebabkan peradangan
Peradangan ini menyebabkan kerusakan di sekitar tendon, ligamen dan tulang.
 
Faktor risiko
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, antara lain: 
1.       Faktor risiko yang tidak bisa diubah:
·       Keturunan, ada anggota keluarga kandung yang juga menderita arthritis.
·       Usia, kebanyakan penderita arthritis berusia di atas 40 tahun.
·       Jenis kelamin, wanita lebih berisiko. 
2.       Faktor risiko yang bisa diubah:
·       Merokok, risiko peradangan.
·       Obesitas, kelebihan berat badan memperberat kerja sendi, khususnya pada wanita berusia di bawah 55 tahun.
·       Lingkungan, kondisi ini dikaitkan dengan penurunan daya tahan tubuh penderita.

Gejala rheumatoid arthritis mirip dengan beberapa penyakit lainnya, itu sebabnya sulit untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis pada tahap awal. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan, berupa tes darah dan pemindaian (x-ray/MRI) untuk membantu diagnosis rheumatoid arthritis. 
 

Penanganan Rheumatoid Arthritis
Karena hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhan rheumatoid arthritis sepenuhnya. Penderita hanya bisa melakukan perawatan, yang ditujukan untuk membantu mengurangi gejala peradangan di persendian, mencegah atau memperlambat kerusakan persendian, mengurangi tingkat disabilitas, dan membuat penderita rheumatoid arthritis bisa tetap hidup aktif. 

Beberapa tindakan perawatan yang biasanya diakukan adalah:
1.     Konsumsi obat pereda sakit dan obat antiinflamasi untuk mencegah penyebaran arthritis.
2.     Terapi, berupa terapi okupasi, podiatry dan fisioterapi. Penderita dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani terapi, untuk menghindari komplikasi.
3.     Operasi, yang ditujukan untuk memperbaiki kelainan bentuk, meredakan kerusakan persendian dan mengembalikan fungsi persendian, berupa:
a.     Perbaikan tendon, untuk memperbaiki tendon yang putus atau kendur.
b.     Penggantian sendi total, dilakukan dengan penambahan prosthesis yang terbuat dari plastik atau logam.
c.     Operasi penggabungan sendi, memperbaiki posisi sendi agar lebih stabil, terutama bila penggantian sendi total tidak bisa dilakukan.
d.     Sinovektomi, dilakukan untuk mengeluarkan cairan sinovial yang meradang, biasa dilakukan pada persendian lutut, siku, pergelangan tangan, jari dan pinggul.
e.     Artroskopi, yaitu prosedur pengangkatan jaringan sendi yang meradang dengan bantuan kamera artroskop dan alat khusus. 
4.     Memperbaiki pola hidup, yaitu dengan diet dan berolah raga secara teratur untuk:
a.     Memperkuat otot pendukung persendian, membantu pergerakan  sendi dan meredakan stress.
b.     Bagi penderita kelebihan berat badan, olah raga bisa membantu menurunkan berat badan dan meringankan tekanan pada tulang dan persendian.
5.      Penggunaan peralatan kesehatan di rumah:
a.     Bioglass:
                                                       i.    Minum air yang dialirkan melalui Bioglass untuk menjaga agar peredaran darah ke seluruh tubuh termasuk persendian lebih lancar.
                                                    ii.    Disenter di bagian yang meradang, untuk membantu proses self healing.
b.     Glucola drink 1 sachet per hari, untuk menjaga daya tahan tubuh dan membantu proses pemulihan dari peradangan.
 
 
Info & pemesanan produk untuk mencegah & mengatasi ARTHRITIS:
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop   0813 2181 0330 
Widi/Yeremia 0896 5279 5233