Translate

Senin, 24 Oktober 2016

Bell's Palsy...
STROKE atau ‘Angin Duduk’?
by : BBC Journalist

Beberapa waktu lalu berbagai media memberitakan kondisi Bpk. Rano Karno, pelaksana tugas Gubernur Banten, yang sedang menderita penyakit Bell’s Palsy. Akibatnya, wajah mantan bintang film yang sangat populer di masanya itu tertarik sedikit (mletot) dan Bpk. Rano Karno mengalami kesulitan untuk berbicara.


Apa itu penyakit Bell's Palsy? Bagaimana mencegah atau mengobatinya?
Bell’s Palsy adalah penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis (wajah), menyebabkan kelumpuhan otot-otot salah satu sisi wajah, sehingga wajah menjadi asimetris, karena salah satu sisi wajah tampak melorot/ mencong. Hanya salah satu sisi wajah penderita saja yang dapat tersenyum, dan selain itu, hanya satu mata saja yang dapat menutup dengan sempurna.


Bell's Palsy adalah suatu gejala klinis penyakit mononeuropati (gangguan hanya pada satu saraf) yang menyerang saraf nomor tujuh, yakni saraf wajah (fascialis). Inti dari saraf tujuh  berada di batang otak dan berfungsi  mengatur otot pergerakan organ wajah, antara lain di daerah mulut, seperti meringis dan bibir maju ke depan.
Dr.  Yuda Turana, dr.,Sp.S, Spesialis saraf (neurologist) RS Atma Jaya- Jakarta
Penyebab dari Bell’s Palsy belum diketahui secara pasti, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa penyebab Bell’s Palsy adalah proses peradangan saraf yang mengontrol otot-otot salah satu sisi wajah. Ada pula yang mengatakan bahwa kerusakan saraf ini merupakan akibat dari infeksi virus. Jadi, Bell's Palsy BUKAN akibat 'ANGIN DUDUK'.

Bell’s Palsy dapat terjadi pada semua golongan usia, baik pria maupun wanita. Pada kebanyakan orang, kelumpuhan saraf tersebut bersifat sementara, yakni selama beberapa hari hingga beberapa minggu, serta dapat kembali pulih setelah kurang lebih 6 bulan. Walaupun demikian, ada juga beberapa kasus di mana kelumpuhan saraf wajah tersebut terjadi secara permanen seumur hidup.

Tidak perlu khawatir berlebihan ketika timbul gejala Bell's Palsy, karena, penyakit ini tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya.  Masa penyembuhan bervariatif, mulai hitungan minggu sampai berbulan-bulan. Sebagian besar penderita dapat sembuh dalam dua-tiga bulan.

Namun, pada kasus yang jarang terjadi,  gejala Bell's Palsy bisa terjadi secara permanen dan tidak sembuh. Komplikasi yang paling berat ialah terdapat gejala sisa, seperti gejala yang dinamakan "air mata buaya". Gejala yang tampak, misalnya, air mata terus keluar pada saat makan dan hal ini biasanya terjadi lama setelah Bell's Palsy muncul.
Rimawati Tedjasukmana, dr., Sp.S ,RPSGT, Spesialis Saraf RS Medistra- Jakarta

Gejala
Gejala Bell’s Palsy secara umum:
  • Terjadi secara tiba-tiba, berupa kelumpuhan ringan sampai total pada salah satu sisi wajah, menyebabkan pasien sulit tersenyum atau menutup salah satu kelopak mata.
  • Wajah melorot menjadikan wajah sulit berekspresi.
  • Dapat terjadi rasa nyeri di sekitar rahang atau di belakang telinga pada salah satu sisi wajah yang terpengaruh.
  • Sensitivitas terhadap suara akan meningkat pada sisi wajah yang terpengaruh.
  • Kadang timbul nyeri kepala.
  • Penurunan kemampuan indera pengecap pada sisi yang lumpuh.
  • Penurunan jumlah air mata dan liur yang diproduksi pada sisi yang terkena.
  • Pada beberapa kasus, Bell’s Palsy dapat mempengaruhi saraf kedua sisi wajah, walaupun hal tersebut jarang terjadi.
Segera Cari Pertolongan
Pertolongan medis diperlukan sesegera mungkin jika Anda mengalami kelumpuhan apapun, karena bisa saja yang terjadi adalah kasus stroke. Perlu diingat, Bell’s Palsy bukan disebabkan oleh stroke. Segera temui dokter jika Anda mengalami kelemahan pada wajah, atau jika salah satu sisi wajah terlihat melorot tiba-tiba.
Gejala Bell's Palsy juga tidak sama dengan stroke.

Untuk memastikan diagnosis Bell’s palsy, dokter akan menanyakan perkembangan gejala yang Anda alami. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan saraf untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Apabila gejala yang dialami tidak jelas, Anda perlu melakukan beberapa tes, seperti elektromiografi, MRI, atau CT scan.

Komplikasi Akibat Bell’s Palsy
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita Bell’s Palsy adalah:
  •  Kerusakan saraf wajah yang tidak dapat pulih kembali seperti semula.
  •  Pertumbuhan saraf yang tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga menyebabkan pergerakan yang tidak terkontrol pada wajah.
  • Buta sebagian atau total akibat kekeringan pada mata yang tidak bisa menutup dan terjadinya kerusakan pada kornea mata yang kering.

Pemeriksaan
Umumnya dokter akan memeriksa wajah dan meminta pasien untuk melakukan gerakan seperti menutup mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi, dan mengerutkan wajah. Selain itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk menentukan kerusakan saraf dan melihat seberapa parah saraf tersebut rusak, sekaligus menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelemahan pada wajah, seperti stroke, infeksi, tumor, dll. Pasien juga disarankan melakukan pemeriksaan radiologi, seperti CT Scan atau MRI kepala untuk menyingkirkan penyebab kelumpuhan yang mungkin terjadi.

Penanganan yang biasa dilakukan adalah melalui obat-obatan dan fisioterapi. Meskipun bisa sembuh dalam kurun waktu tertentu, dengan bantuan obat dan fisioterapi diharapkan proses pemulihan dapat berlangsung lebih cepat.

Untuk membantu proses pemulihan, penderita dianjurkan untuk :
  1. Menggunakan #Magic Stick secara rutin agar aliran darah di area wajah yang terserang lebih lancar, sehingga proses pemulihan bisa lebih cepat.
  2. Melakukan latihan (fisioterapi) sendiri dengan menggunakan Bioglass yang disenter lampu LED.
  3. Minum #Glucola yang mengandung Glutathione & Colagen untuk membantu proses pemulihan saraf pada wajah.
Bagaimana produk MCI membantu proses pemulihan pasca Bell's Palsy dapat dilihat di http://distributor-mci-resmi.blogspot.co.id/2016/10/proses-pemulihan-bells-palsy-lebih.html




Info produk & pemesanan :
Rosa Ong/Philips Onggowidjaja/Pinky Kittyshop
0813 2181 0330

Widi/Yeremia
0896 5279 5233


Tidak ada komentar:

Posting Komentar